dirimu pergi seperti senja; begitu cepat
belum sempat aku membacakan nestapa,
air mata jatuh berguguran
entah berapa lama engkau akan berlayar?
entah berapa lama aku bisa menunggu pelabuhan?
tak selamanya angin menuju darat
bahkan saat badai, hatiku bergemuruh, jiwa terombang-ambing
karena aku lebih memilih merindu
aku kembali menunggumu di pantai,
malam petang
hujan gerimis
dan kau tak ada di sampingku
TMC, 20 oktober 2012
NB: Puisi ini masuk dalam antologi rindu bertema LDR
0 comments:
Post a Comment