RSS

Perbedaan Ospek di Indonesia dan Luar Negeri

Oleh : Rizal Dzikri
 
Indonesia kembali berduka karena "OSPEK". Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (OSPEK)  kembali mencoreng dunia pendidikan di Indonesia. Acara yang seharusnya mengajarkan mahasiswa baru untuk lebih mengenal dunia kampus, justru menjadi acara yang mengerikan dan mengantarkan nyawa. Sudah banyak korban akibat perploncoan Ospek. Baru-baru ini Ospek menjadi sorotan setelah mahasiswa Institut Teknik Nasional (ITN) Malang, Fikri Dolasmantya Surya tewas. Fikri ketika itu mengikuti Kemah Bakti Desa (KBD) di kawasan Goa China, Desa Sitiarjo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, 12 Oktober 2013.

Ironis memang, lalu kenapa kegiatan Ospek terus saja diagendakan setiap tahun?. Sebenarnya sejak kapan Ospek menjadi tradisi di kampus? Apakah memang dari dahulu kegiatan itu identik dengan kekerasan?

Memang ada beberapa versi yang membahas  asal usul Ospek. Pertama, kegiatan itu bermula dari Universitas Cambridge, Inggris. Mayoritas mahasiswa di sana datang dari keluarga terhormat, sehingga sulit untuk diatur dan cenderung bertindak seenaknya. Merasa memiliki kekuatan, para senior membuat aturan setiap mahasiswa baru harus diplonco. Tujuannya agar para junior hormat, hanya itu saja, tidak lebih. Di Indonesia sendiri dikabarkan tradisi itu dimulai sekitar tahun 1950-an.

Jika melihat ke belakang, versi lain menyebutkan Ospek ini sudah ada sejak Zaman Kolonial dulu, tepatnya di STOVIA atau Sekolah Pendidikan Dokter Hindia (1898-1927). Kemudian terus berlanjut pada masa Geneeskundinge Hooge School (GHS) atau Sekolah Tinggi Kedokteran (1927-1942)yang sekarang  menjadi FKUI Salemba.

Sekarang ini Ospek sudah menjadi menu wajib yang harus dilahap para mahasiswa baru, walaupun tidak semua kampus masih mempertahankannya. Tapi sayangnya kegiatan Ospek lebih diisi dengan hal-hal negatif. Tujuannya untuk membuat para senior puas. Meski muncul sejumlah reaksi keras, namun kenyataannya Ospek justru menjalar sampai tingkat SMA dan SMP. Terkadang dilakukan oleh kakak kelas tanpa diketahui pihak sekolah. Biasanya kegiatan ilegal itu terbongkar setelah ada korban. Miris.

Kini, sudah saatnya kegiatan Ospek yang menonjolkan kekerasan dihentikan, tak perlu lagi menunggu adanya korban jiwa. Jika ini dibiarkan tentu saja kualitas pendidikan di Tanah Air akan mendapat sorotan negatif.

Coba bandingkan Ospek diluar negeri dengan di Indonesia. Ini adalah Ospek di luar negeri.
Ospek diluar negeri tidak memakai kekerasan. Generasi muda diperlakukan secara manusiawi. Mereka dididik untuk menjadi pemimpin yang baik. Sedangkan di Indonesia, generasi muda diperlakukan tidak wajar, diajarkan tunduk pada penguasa dan diajarkan menindas kaum yang lemah. Bukan hanya itu saja, Ospek di Indonesia selalu sarat akan kekerasan. Ibarat makanan, maka kekerasan dalam ospek adalah bumbu yang wajib ditambahkan.


2 comments:

TS Frima said...

ini nih. Kapan ya orang Indonesia bisa merubah budaya ospeknya yang primitif itu.

http://topicroch.blogspot.com said...

Yaa Tuhaaan
Beginikah negrikuu Indonesia