Karya : RIZAL DZIKRI
Sejak kemarin sore senja berwarna hitam
Tertutup gemawan mendung hingga malam
Juga pohon-pohon lebat di seberang sana
Ikut melambaikan rindu tiba-tiba
Dan malam setelahnya menjadi sepi
Dan aku pun masih tetap sendiri
Kusatroni wahai engkau elegi
Yang bersemayam di hati mati—suri
Tertutup gemawan mendung hingga malam
Juga pohon-pohon lebat di seberang sana
Ikut melambaikan rindu tiba-tiba
Dan malam setelahnya menjadi sepi
Dan aku pun masih tetap sendiri
Kusatroni wahai engkau elegi
Yang bersemayam di hati mati—suri
Ah, bintang di langit ada satu
Tepat di atas bukit hijauku
Kucoba menggapainya dengan tangan kanan
Supaya ia berpendar dan jatuh ke lautan
Tenggelam diantara batu karang dan mutiara
Jauh tertutup tanah berpasir nista
Berenang-renanglah engkau bersama biota laut
Ikan-ikan kecil, kepiting dan cumi-cumi
Sampai engkau tertangkap jala nelayan pagi-pagi
Tepat di atas bukit hijauku
Kucoba menggapainya dengan tangan kanan
Supaya ia berpendar dan jatuh ke lautan
Tenggelam diantara batu karang dan mutiara
Jauh tertutup tanah berpasir nista
Berenang-renanglah engkau bersama biota laut
Ikan-ikan kecil, kepiting dan cumi-cumi
Sampai engkau tertangkap jala nelayan pagi-pagi
Sore ini aku datang lagi melihat senja
Di depan rumahmu
Tepat di pelupuk mataku yang berair
Kau bisa berkaca di sana
Kau bisa melihat senja
Yang turun perlahan jadi petang
Bayangan kita mengabur
Seperti mata rabun
Wajahmu tak lagi secantik dulu
Saat aku masih mencintaimu
Di depan rumahmu
Tepat di pelupuk mataku yang berair
Kau bisa berkaca di sana
Kau bisa melihat senja
Yang turun perlahan jadi petang
Bayangan kita mengabur
Seperti mata rabun
Wajahmu tak lagi secantik dulu
Saat aku masih mencintaimu
Aku ingin tahu kenapa kemarin senja menghitam
Aku ingin tahu kenapa kemarin mendung hingga malam
Kalau bukan karena kau pergi dari altar
Kalau bukan karena hatimu bergetar
Karena sayap cupid merengkuhmu
Memelukmu dari belakang
Kau tahu bayang siapa yang datang
Bukan. Bukan aku
Tapi DIA, lelakimu yang baru
Sebut saja ia—“kekasih”
Aku ingin tahu kenapa kemarin mendung hingga malam
Kalau bukan karena kau pergi dari altar
Kalau bukan karena hatimu bergetar
Karena sayap cupid merengkuhmu
Memelukmu dari belakang
Kau tahu bayang siapa yang datang
Bukan. Bukan aku
Tapi DIA, lelakimu yang baru
Sebut saja ia—“kekasih”
Hari ini aku belajar satu
Mencintai tak harus dengan senja
Bisa dengan sungai, tanah atau awan
Setidaknya mereka lebih tahu arti “kesetiaan”
Mencintai tak harus dengan senja
Bisa dengan sungai, tanah atau awan
Setidaknya mereka lebih tahu arti “kesetiaan”
Bila nanti aku tak bisa lagi menyapa
Biarlah puisi sakit ini tercipta
Biarlah luka ini kusimpan dalam dada
Biarlah aku berdoa dengan ayat-ayat bapa
Dan biarlah sajakku menghitam bersama senja
—dengan kenangan lamanya
Biarlah puisi sakit ini tercipta
Biarlah luka ini kusimpan dalam dada
Biarlah aku berdoa dengan ayat-ayat bapa
Dan biarlah sajakku menghitam bersama senja
—dengan kenangan lamanya
Trisnomulyo, 19 Juli 2013
0 comments:
Post a Comment