RSS

Heru Sukoco, Ikan Hias dan Tantangan Ekspor Luar Negeri



Oleh : Rizal Dzikri

Sebagai seorang mahasiswa baru pertanian, saya melakukan penelitian baik berupa kajian pustaka dan juga melakukan wawancara langsung dengan salah seorang narasumber yang berasal dari bidang pertanian atau perikanan. Dalam wawancara ini saya tidak sendiri namun bersama teman-teman yang tergabung dalam kelompok jeruk (21) saat PPSMB ORGANIK di Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Berikut artikel yang saya buat dengan otak dan tangan saya sendiri. Check this out ..

Yogyakarta, bukan hanya terkenal dengan kota budayanya dan kota pendidikan yang mencetak begitu banyak manusia-manusia berilmu, namun Yogyakarta juga merupakan kota  metropolis layaknya ibukota Jakarta. Kegiatan ekonomi berkembang pesat di kota yang dijuluki sebagai daerah istimewa ini. Beragam kegiatan usaha seperti perdagangan, pertokoan, industri, pertanian, dan terutama bidang perikanan yang berkembang pesat.
Dunia perikanan kini telah mengalami pasang surutnya. Namun tetap memberikan keberkahan bagi siapapun yang benar-benar pandai dan gigih menggelutinya. Dunia perikanan bukanlah dunia baru bagi masyarkat Indonesia. Tidak hanya terfokus pada perikanan yang ada di laut seperti nelayan yang menghasilkan ikan-ikan siap konsumsi, namun juga perikanan seperti budidaya ikan hias yang saat ini tengah marak dan digemari masyarakat Indonesia dan di dunia. Banyak pecinta ikan hias yang memburu ikan-ikan  dari berbagai spesies dan dari berbagai daerah di dunia. Beragam bentuk, jenis dan warna inilah yang membuat orang-orang hobi memelihara ikan sebagai hewan penghilang stres di rumah mereka.  Momen ini oleh sebagian orang kemudian dijadikan sebagai motif ekonomi untuk berwirausaha dengan membudidayakan ikan hias yang laku di pasaran Indonesia dan Internasional.
Adalah Bapak Heru Sukoco, lelaki yang saat ini berumur 40 tahun ini adalah satu dari sekian banyak orang yang mengadu hidupnya pada ikan-ikan hias. Ia telah lama menggeluti bisnis ikan hias ini. Ia mengaku banyak sekali suka-duka yang ia rasakan dalam menjalani pekerjaannya yang ia lakukan dengan setulus hati.
“suka dukanya banyak sekali. Sukanya saat banyak ikan yang terjual dan laku keras. Sedang dukanya adalah saat listrik mati dan mengganggu alat oksigen dalam akuarium yang bisa menyebabkan banyak ikan-ikan mati. Pernah suatu hari, ikan saya banyak yang mati karena malamnya mati lampu. Juga saat sepi-sepinya pembeli.” Jawab bapak Heru Sukoco polos saat tim Jeruk mewawancarai di tempat kerjanya.
Bagi Bapak Heru Sukoco, budidaya ikan hias bukan hanya sekedar bisnis dan mencari banyak keuntungan, bagi beliau budidaya ikan hias adalah hobi dan penghilang stres. Tentu saja ikan-ikan hias yang dipelihara di akuarium rumah dapat menghilangkan kepenatan setelah seharian menghabiskan waktu di luar rumah. Ada sensasi sendiri saat menyaksikan ikan-ikan hias berenang kegirangan di antara batu karang dan rumput buatan di dalam akuarium. Apalagi saat kita memberi mereka makanan, dengan cepat ikan-ikan hias itu pasti akan segera berebut makanan. Kadang hati kita yang sedang kacau akan berubah membaik dan positif setelah menyaksikan ikan-ikan tersebut bertingkah lucu.
Harga setiap ikan-ikan hias sangat bervariasi. Ada yang murah dan ada pula yang mahal dan harus mengeluarkan kocek sangat dalam. Namun, akan sebanding dengan kesenangan yang akan kita dapatkan, apalagi bagi seorang kolektor ikan hias dan pecinta ikan hias itu sendiri.
“Harga ikan-ikan hias bervariasi. Tergantung dari selera orang. Namun hampir semua ikan hias diminati” jawab bapak  Heru Sukoco dengan ramah.
“Rata-rata harga ikan hias yang saya jual adalah Rp. 2000 sampai Rp.300.000” lanjut beliau menerangkan dengan antusiasnya.
Bagi Bapak Heru Sukoco, yang penting adalah menjalani pekerjaan dengan sungguh-sungguh dan menyenangi apapun yang kita lakukan. Tidak usah memikirkan berapa keuntungan yang akan kita dapat.
“Bagi saya keuntungan nomor dua, yang nomor satu adalah kesenangan dan hobi. Alhamdulillah dengan usaha ikan hias ini saya bisa menghidupi keluarga saya dan menyekolahkan anak saya. Semoga bisa sampai sarjana sama seperti adek-adek sekalian, hehe..” kata Bapak Heru Sukoco berusaha menghibur.
Memang bisnis ikan hias tidak akan ada habisnya, banyak sekali peminat ikan hias di Indonesia dan dunia. Bisa dibilang bisnis ini tidak akan ada matinya. Selalu saja bermunculan tren-tren baru di pasar ikan hias di dunia, dari beragam spesies dan dari berbagai daerah di seluruh dunia yang tentu saja memiliki keanekaragaman yang unik.
“Ada berbagai macam ikan hias. Saya membudidayakan ikan nila, koi dan lele” kata beliau sambil memperlihatkan ikan-ikan budidayanya.
“Peminat ikan juga berbeda-beda. Ada yang suka ikan lohan dan molly. Peminat ikan lohan dan molly adalah terbanyak. Dan ikan hias yang paling mahal adalah ikan hias arwana super red yang bisa mencapai puluhan hingga ratusan juta” lanjutnya.
Bagi seorang kolektor pemula yang ingin memelihara ikan hias, sebaiknya mulailah mengoleksi ikan dengan harga yang murah dahulu. Selain harganya yang tidak terlalu mahal, namun juga karena perawatannya tergolong sangat mudah bila dibandingkan dengan ikan yang harganya sangat mahal.
Menurut pernyataan Bapak Heru Sukoco, memelihara ikan hias memang susah-susah gampang. Dibutuhkan kesabaran, keuletan dan perawatan serta pembersihan secara rutin, contohnya dengan perawatan mesin penghasil oksigen dalam air untuk bernapasnya ikan, pemberian makanan secukupnya, jangan sampai memberikan makanan berlebihan karena jika makanan itu tidak habis dimakan ikan akan menjadi jamur. Satu kali seminggu harus diganti airnya, dan juga volume serta suhu air dalam akuarium juga mempengaruhi kehidupan ikan-ikan hias.
Bapak Heru Sukoco bukanlah seorang mahasiswa, ia hanya lulus sekolah menengah pertama. Ia mulai menggeluti budidaya ikan hias ini dengan cara autodidak atau belajar sendiri, yang kesemuanya itu berawal dari sebuah hobi memelihara ikan hias. Bapak Heru Sukoco berharap untuk kedepannya, budidaya ikan hiasnya berjalan sukses dan tetap ramai terus dikunjungi pembeli, syukur-syukur bisa tembus sampai internasional.
Sampai dengan tahun 2011, Indonesia menduduki ranking kelima eksportir ikan hias dunia setelah  Ceko, Thailand, Jepang dan Singapura. Potensi ekspor ikan hias Indonesia sendiri diperkirakan mencapai US $ 60 juta  sampai dengan US$ 65 juta atau Rp 600 miliar.
Target tahun 2012 yang dipatok Kementerian Kelautan dan Perikanan sebesar 850 juta ekor, dari catatan sementara sudah mencapai 978 juta ekor atau 115,16 % dari target semula.
 Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto  menjelaskan, prospek bisnis ikan hias memang sangat menjanjikan. Apalagi ikan hias Indonesia memiliki keragaman baik bentuk tubuh dan warna yang indah sehingga dipercaya dapat mengurangi stress oleh para pencinta ikan hias atau para hobbies  baik di Indonesia maupun di dunia.
Tingginya minat terhadap ikan hias Indonesia saat ini, membuat semakin banyak pembudidaya ikan ataupun para pemasar yang mengusahakan ikan hias sebagai komoditas andalan, sehingga memiliki potensi peningkatan ekonomi nasional.
Kementerian Kelautan dan Perikanan  sangat serius mengembangkan ikan hias baik air tawar maupun air laut. Salah satunya diwujudkan melalui pengembangan kawasan Minapolitan ikan hias pada tahun 2011 yang lalu di Kabupaten Blitar, Jawa Timur.
Potensi ikan hias Indonesia, menurut Direktur Jenderal Perikanan Budidaya sangat besar, baik dari segi produksi maupun jenisnya. Jumlah species ikan hias air tawar sebanyak lebih dari 450 species dari total 1.100 species ikan hias air tawar di dunia. Untuk ikan hias air laut Indonesia memiliki lebih dari 700 jenis species.
Potensi ini memberi peluang Indonesia akan mampu berbicara banyak di pasar Internasional dan menjadi eksportir terbesar didunia.
Perlu adanya kesatuan visi dan misi antara pemerintah, asosiasi dan stakeholder ikan hias dalam mendukung industrialisasi ikan hias dan sekaligus menggalang komitmen untuk menyusun satu strategi nasional dalam upaya menjadikan Indonesia sebagai produsen terbesar ikan hias pada tahun 2015.
Sesuai dengan arah pembangunan yang dicanangkan Kementrian Kelautan dan Perikanan , dalam pengembangan ikan hias menuju Industrialisasi perikanan budidaya akan berbasis blue economy. Konsep ini berarti, pengembangan budidaya ikan hias dengan pendekatan penguatan sistem akuabisnis secara terpadu dari mulai hulu hingga hilir. Kementerian Kelautan dan Perikanan  juga terus berupaya membangun dan menciptakan iklim berusaha yang baik. Mulai dari teknologi, produksi, sarana dan prasarana hingga masalah pemasaran. Termasuk menciptakan pola-pola kemitraan yang sehat antara pengusaha/swasta dan masyarakat pembudidaya ikan, pemasar, hobbies dan eksportir.

0 comments: