Karya : RIZAL DZIKRI
Suatu hari, malam minggu, aku keluar
Pergi ke dunia
Kupandangi muka-muka jelita
Yang tergelepar begitu saja
Di teras sebuah toko waralaba
miskin, kecil, kotor
Bau, lusuh, hina
mengadah tangan ke atas
koin-koin dilempar orang dengan culas
Merengek seperti bayi merah
Bayi merah yang dibuang ibunya di suatu subuh
ditaruhlah ia di depan pagar rumah seorang kaya
supaya hidupnya ikut sejahtera
supaya tak ada yang mendengar
derap kaki dan tangisan keluar
dari sang bayi mungil
dari rahim tengil
Pergi ke dunia
Kupandangi muka-muka jelita
Yang tergelepar begitu saja
Di teras sebuah toko waralaba
miskin, kecil, kotor
Bau, lusuh, hina
mengadah tangan ke atas
koin-koin dilempar orang dengan culas
Merengek seperti bayi merah
Bayi merah yang dibuang ibunya di suatu subuh
ditaruhlah ia di depan pagar rumah seorang kaya
supaya hidupnya ikut sejahtera
supaya tak ada yang mendengar
derap kaki dan tangisan keluar
dari sang bayi mungil
dari rahim tengil
Di kaki hari
sang istri keluar rumah
membuang sekantong sampah
lalu sang istri mendapati
Makhluk kecil berpopok suci
Dilaporkannya pada suaminya pagi-pagi
Oh, betapa malang ruh tuhan ini
Maka dengan tegak berteriak
Diasuhlah ia sendiri
Dengan nama kasih sayang
sang istri keluar rumah
membuang sekantong sampah
lalu sang istri mendapati
Makhluk kecil berpopok suci
Dilaporkannya pada suaminya pagi-pagi
Oh, betapa malang ruh tuhan ini
Maka dengan tegak berteriak
Diasuhlah ia sendiri
Dengan nama kasih sayang
Saat bayi itu dewasa rupa
mengalir darah wanita Pe-eS-Ka
sekolah tinggi, lulus sarjana
eS dua di amerika
ambil jurusan hukum katanya
dengan ambisi bercita-cita tinggi
menjadi gubernur atau pejabat tinggi
dan mengumbar janji memberantas korupsi
dengan jas mahal dan berdasi
mobil merah ferari dari itali
dan sepatu mengkilat
Bekas diludahi anak jalanan tadi siang
mengalir darah wanita Pe-eS-Ka
sekolah tinggi, lulus sarjana
eS dua di amerika
ambil jurusan hukum katanya
dengan ambisi bercita-cita tinggi
menjadi gubernur atau pejabat tinggi
dan mengumbar janji memberantas korupsi
dengan jas mahal dan berdasi
mobil merah ferari dari itali
dan sepatu mengkilat
Bekas diludahi anak jalanan tadi siang
Sedang ibu kandungnya entah kemana
mungkin di rumah germo kota
menjual selangkangan kepada lelaki
dan mengedarkan beberapa pil ekstasi
kalau tidak diciduk polisi
Saat sedang bekerja di warung remang-remang
Dengan beberapa wanita jalang
mungkin di rumah germo kota
menjual selangkangan kepada lelaki
dan mengedarkan beberapa pil ekstasi
kalau tidak diciduk polisi
Saat sedang bekerja di warung remang-remang
Dengan beberapa wanita jalang
Ayahnya apalagi tak tahu
karena sering meniduri wanita satu-satu
sampai akhirnya mereka mengandung
darah laki-laki badung
tiap hari sang ayah berjudi
Kalau kehabisan uang ia mencuri
Di penjara juga tak peduli
Toh, sama saja
Malah lebih mulia
Apalagi ruangan tempat bosnya bertempat
masih muda dan bersemangat
Sebut saja ia pejabat
Hakim agung yang terlaknat
Pimpinan sebuah partai politik
Atau seorang menteri
Taruhlah ia seorang anggota DPR
yang dituduh korupsi uang negara
13 triliun besarnya
hanya dipenjara 2 bulan lamanya
di jeruji yang mirip hotel vila
ada AC, sofa empuk, tv, karaokean
tempat mereka pesta obat-obatan
beberapa gram sabu dan rokok kretek
bersama sipir dan kapol-SEX
berjamah mereka menggenjot tetek
wahai Indonesia, ayo kita melek!!
karena sering meniduri wanita satu-satu
sampai akhirnya mereka mengandung
darah laki-laki badung
tiap hari sang ayah berjudi
Kalau kehabisan uang ia mencuri
Di penjara juga tak peduli
Toh, sama saja
Malah lebih mulia
Apalagi ruangan tempat bosnya bertempat
masih muda dan bersemangat
Sebut saja ia pejabat
Hakim agung yang terlaknat
Pimpinan sebuah partai politik
Atau seorang menteri
Taruhlah ia seorang anggota DPR
yang dituduh korupsi uang negara
13 triliun besarnya
hanya dipenjara 2 bulan lamanya
di jeruji yang mirip hotel vila
ada AC, sofa empuk, tv, karaokean
tempat mereka pesta obat-obatan
beberapa gram sabu dan rokok kretek
bersama sipir dan kapol-SEX
berjamah mereka menggenjot tetek
wahai Indonesia, ayo kita melek!!
Yogyakarta, 28 September 2013
0 comments:
Post a Comment