PENGANTAR ILMU
PERTANIAN
PAPER PERTANIAN YANG BERESTETIKA
Disusun oleh
NAMA :
RIZAL DZIKRI
NIM :
13267
PRODI/FAKULTAS : MIKROBIOLOGI PERTANIAN/PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kerusakan sumberdaya
lahan pertanian terjadi karena aktivitas pertanian yang tidak ramah
lingkungan terus terjadi di berbagai
daerah pertanian Indoneisa, sehingga lahan
kritis terus bertambah dari tahun ke tahun. Sistem
pertanian yang terlalu banyak menggunakan bahan kimia dalam pemupukan serta pembasmian hama
penyakit tumbuhan, menimbulkan
pencemaran dan menyebabkan terjadinya kerusakan struktur tanah, sehingga produktivitas hasil pertanian semakin menurun
dan tidak mampu memberikan hasil yang
optimal. Dari hasil
penelitian diketahui bahwa
pemupukan urea dapat meningkatkan kepadatan tanah, menurunkan tingkat
infiltrasi dan meningkatkan erosi.
Adanya eksploitasi hutan yang tidak memperhatikan aspek ekologi, terus
terjadi sehingga sumber daya hutan rusak dan kehilangan
fungsinya sebagai penyimpan air tanah, penahan
erosi dan sebagai paru-paru bumi. Hal ini
mengakibatkan, banjir dan kekeringan yang telah merenggut banyak harta dan nyawa. Selain kerusakan sumberdaya alam,
juga terjadi pencemaran air dan
timbulnya berbagai penyakit. Pencemaran air terjadi karena penggunaan pestisida dan bahan kimia lainnya pada kegiatan pertanian. Penggunaan pestisida
yang dimaksudkan untuk memberantas hama dan penyakit, terbukti telah
menyebabkan pencemaran pada lingkungan dan secara langsung maupun tidak
langsung menganggu kesehatan manusia. Dampak mengkonsumsi hasil pertanian yang mengandung pestisida dapat
menyebabkan berbagai penyakit, contohnya jantung dan tumor.
Siapapun yang
bergerak di bidang pertanian seharusnya peduli pada masyarakat dalam mendukung
lingkungan yang bersih dan nyaman. Namun, petani enggan menghadapi isu tersebut. Petani berpandangan bahwa pertanian saat ini lebih berfokus pada
produktivitas lebih tinggi daripada kesehatan dan keseimbangan
lingkungan Hal ini dirasakan sebagai suatu kesalahan bahwa produktivitas
yang tinggi dari kegiatan pertanian konvensional telah menimbulkan kerusakan
yang cukup siginifikan terhadap lingkungan alam dan masalah perubahan budaya secara sosial. Oleh karena itu, perlu dibuat sistem pertanian
sebagai alternatif-alternatif untuk mencapai tujuan sistem produksi pertanian
yang dapat menguntungkan secara ekonomi dan aman secara lingkungan.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana menciptakan
sistempertanian berestetika
2. Bagaimana mengubah cara
pandang masyarkat supaya bertani dengan estetika?
1.3 Tujuan
1. Menciptakan sistem pertanian yang ramah lingkungan dan menghasilkan menguntungkan secara ekonomi
1. Menciptakan sistem pertanian yang ramah lingkungan dan menghasilkan menguntungkan secara ekonomi
2. Membangun pertanian berestetika
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus. Bahan organik memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan tanah untuk mendukung tanaman, sehingga jika kadar bahan organik tanah menurun, kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas tanaman juga menurun. Menurunnya kadar bahan organik merupakan salah satu bentuk kerusakan tanah. Kerusakan tanah dapat terjadi karena proses pemasaman tanah, akumulasi garam garam, tercemar logam berat, dan tercemar senyawa-senyawa organik dan xenobiotik seperti pestisida atau tumpahan minyak bumi (Stevenson, 1994). Terjadinya pemasaman tanah dapat diakibatkan penggunaan pupuk nitrogen buatan secara terus menerus dalam jumlah besar (Brady, 1990).
Kerusakan struktur tanah ini dapat terjadi akibat pengolahan tanah yang salah atau penggunaan pupuk kimia secara terus menerus. Kerusakan biologi ditandai oleh penyusutan populasi maupun berkurangnya mikroorganisme penyubur tanah. Tindakan-tindakan tersebuit merupakan contoh penerapan pertanian tanpa berestetika. Artinya, pelaku pertanian hanya terfokus pada hasil produksi yang melimpah tanpa mempertimbahkan kualitas hasil dan lahan pertanian untuk ke depannya serta pengaruhnya terhadap lingkungan sekitar baik dari faktor alam maupun dari faktor sosial masyarakat itu sendiri. (Ma et al., 1990)
TINJAUAN PUSTAKA
Bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus. Bahan organik memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan tanah untuk mendukung tanaman, sehingga jika kadar bahan organik tanah menurun, kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas tanaman juga menurun. Menurunnya kadar bahan organik merupakan salah satu bentuk kerusakan tanah. Kerusakan tanah dapat terjadi karena proses pemasaman tanah, akumulasi garam garam, tercemar logam berat, dan tercemar senyawa-senyawa organik dan xenobiotik seperti pestisida atau tumpahan minyak bumi (Stevenson, 1994). Terjadinya pemasaman tanah dapat diakibatkan penggunaan pupuk nitrogen buatan secara terus menerus dalam jumlah besar (Brady, 1990).
Kerusakan struktur tanah ini dapat terjadi akibat pengolahan tanah yang salah atau penggunaan pupuk kimia secara terus menerus. Kerusakan biologi ditandai oleh penyusutan populasi maupun berkurangnya mikroorganisme penyubur tanah. Tindakan-tindakan tersebuit merupakan contoh penerapan pertanian tanpa berestetika. Artinya, pelaku pertanian hanya terfokus pada hasil produksi yang melimpah tanpa mempertimbahkan kualitas hasil dan lahan pertanian untuk ke depannya serta pengaruhnya terhadap lingkungan sekitar baik dari faktor alam maupun dari faktor sosial masyarakat itu sendiri. (Ma et al., 1990)
Pertanian yang berestetika adalah suatu upaya pengelolaan tanah melalui masukan dalam suatu proses untuk memperoleh produktivitas tinggi secara berkelanjutan, meningkatkan kualitas tanah, serta memperbaiki karakteristik lingkungan tanpa merusak keindahan lingkungan. Dengan demikian diharapkan kerusakan tanah dapat ditekan seminimal mungkin, sehingga sumberdaya tersebut dapat dipergunakan secara lestari dan dapat diwariskan kepada generasi yang akan datang. (Kononova, 1961).
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Estetika
Kata estetika berasal dari kata Yunani, yaitu aesthesis yang berarti perasaan, selera, perasaan atau taste. Dalam prosesnya Munro mengatakan bahwa estetika adalah cara merespon terhadap stimuli, terutama lewat persepsi indera, tetapi juga dikaitkan dengan proses kejiwaan, seperti asosiasi, pemahaman, imajinasi, dan emosi. Ilmu estetika adalah suatu ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keindahan, mempelajari semua aspek dari apa yang kita sebut keindahan.
Estetika adalah hal yang mempelajari kualitas keindahan dari obyek, maupun daya impuls dan pengalaman estetik pencipta dan pengamatannya.
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Estetika
Kata estetika berasal dari kata Yunani, yaitu aesthesis yang berarti perasaan, selera, perasaan atau taste. Dalam prosesnya Munro mengatakan bahwa estetika adalah cara merespon terhadap stimuli, terutama lewat persepsi indera, tetapi juga dikaitkan dengan proses kejiwaan, seperti asosiasi, pemahaman, imajinasi, dan emosi. Ilmu estetika adalah suatu ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keindahan, mempelajari semua aspek dari apa yang kita sebut keindahan.
Estetika adalah hal yang mempelajari kualitas keindahan dari obyek, maupun daya impuls dan pengalaman estetik pencipta dan pengamatannya.
Sebagai manusia, kita mempunyai dorongan batin untuk terus mencari
kebenaran. Selain mendambakan kebenaran, kita juga mendambakan kebaikan, yakni
perilaku hidup yang baik dan keindahan, yakni pengalaman serta pengungkapan
yang indah. Secara kodrati, keindahan yang termanifestasikan dalam bentuk
ekspresi estetis merupakan salah satu sifat atau fitrah yang dimiliki manusia.
3.2. Pengertian Pertanian Berestetika
Pertanian berestetika adalah pertanian yang bertujuan untuk mencapai sistem produksi pertanian yang dapat menguntungkan secara ekonomi dan aman secara lingkungan. Pertanian berestetika selain mengutamakan materi namun juga melihat keestetikaian dalam bertani, sehingga terjadi keseimbangan di sekitar lingkup pertanian. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pertanian berestetika adalah pertanian yang meliputi komponen-komponen fisik, biologi, sosial ekonomi, lingkungan dan manusia yang berjalan secara ideal untuk saat ini dan yang akan datang.
3.3 Kriteria Sistem Pertanian Berestetika
Estetika Secara Ekonomi
Pola pertanian yang dikembangkan bisa menjamin investasi dalam bentuk tenaga dan biaya yang telah dikeluarkan petani, dan hasil yang didapat petani mencukupi kebutuhan keluarganya secara layak. Estetika secara ekonomi berarti juga meminimalkan atau bahkan meniadakan biaya eksternal dalam proses produksi pertanian. Masalah ekonomi ini, masih banyak terlihat ketika petani belum bebas secara ekonomi dalam pengelolaan pertaniannya. Contohnya masih banyak dijumpai petani yang harus berhutang untuk biaya produksi dan alat. Ketergantungan petani atas input akan benih, pupuk dan pestisida adalah bukti paling nyata. Selain itu, maraknya hasil pertanian impor terus membuat petani gusar akan hasil pertanian mereka yang sulit diterima masyarakat karena kalah bersaing dengan produk impor. Ketergantungan hasil pertanian impor ternyata tidak hanya dialami masyarakat biasa, namun petani pun juga ikut menikmati hasil pertanian impor yang sesungguhnya dapat mereka hasilkan. Jelas ini bukan pemandangan yang estetik. Pertanyaannya adalah, kemana hasil pertanian mereka?
Estetika Ekologi
Estetika ekologis adalah upaya mengembangkan ekosistem pertanian agar memiliki kemampuan untuk bertahan dalam kurun waktu yang lama melalui pengelolaan terpadu untuk memelihara dan mendorong peningkatan fungsi sumber daya alam yang ada. Pengembangan sistem juga berorientasi pada keragaman hayati terutama pada mikroorganisme penyubur tanah.
Praktik-praktik budidaya tanaman yang menyebabkan dampak negatif pada lingkungan harus di hindari. Sering kali petani menggunakan pestisida walaupun tidak ada hama. Bahkan beberapa petani dapat memberikan pestisida hingga tiga kali sehari pada tanaman mereka. Sehingga aktivitas asal semprot ini telah menjadi kebiasaan. Bahkan penyuluh pertanian pun salah mengartikan bahwa pestisida adalah obat. Padahal pestisida adalah racun, yang apabila hasil pertanian yang mengandung residu pestisida tersebut termakan oleh manusia, dampak jangka panjangnya akan menimbulkan kanker dan tumor. Jadi sistem yang tepat untuk mengatasi hal ini adalah dengan penggunaan sistem pertanian organik karena sistem ini membuat pada para petani kita menjadi lebih mandiri dan kehidupan petani lebih terjamin, selain itu juga ramah lingkungan.
Pertanian berestetika adalah pertanian yang bertujuan untuk mencapai sistem produksi pertanian yang dapat menguntungkan secara ekonomi dan aman secara lingkungan. Pertanian berestetika selain mengutamakan materi namun juga melihat keestetikaian dalam bertani, sehingga terjadi keseimbangan di sekitar lingkup pertanian. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pertanian berestetika adalah pertanian yang meliputi komponen-komponen fisik, biologi, sosial ekonomi, lingkungan dan manusia yang berjalan secara ideal untuk saat ini dan yang akan datang.
3.3 Kriteria Sistem Pertanian Berestetika
Estetika Secara Ekonomi
Pola pertanian yang dikembangkan bisa menjamin investasi dalam bentuk tenaga dan biaya yang telah dikeluarkan petani, dan hasil yang didapat petani mencukupi kebutuhan keluarganya secara layak. Estetika secara ekonomi berarti juga meminimalkan atau bahkan meniadakan biaya eksternal dalam proses produksi pertanian. Masalah ekonomi ini, masih banyak terlihat ketika petani belum bebas secara ekonomi dalam pengelolaan pertaniannya. Contohnya masih banyak dijumpai petani yang harus berhutang untuk biaya produksi dan alat. Ketergantungan petani atas input akan benih, pupuk dan pestisida adalah bukti paling nyata. Selain itu, maraknya hasil pertanian impor terus membuat petani gusar akan hasil pertanian mereka yang sulit diterima masyarakat karena kalah bersaing dengan produk impor. Ketergantungan hasil pertanian impor ternyata tidak hanya dialami masyarakat biasa, namun petani pun juga ikut menikmati hasil pertanian impor yang sesungguhnya dapat mereka hasilkan. Jelas ini bukan pemandangan yang estetik. Pertanyaannya adalah, kemana hasil pertanian mereka?
Estetika Ekologi
Estetika ekologis adalah upaya mengembangkan ekosistem pertanian agar memiliki kemampuan untuk bertahan dalam kurun waktu yang lama melalui pengelolaan terpadu untuk memelihara dan mendorong peningkatan fungsi sumber daya alam yang ada. Pengembangan sistem juga berorientasi pada keragaman hayati terutama pada mikroorganisme penyubur tanah.
Praktik-praktik budidaya tanaman yang menyebabkan dampak negatif pada lingkungan harus di hindari. Sering kali petani menggunakan pestisida walaupun tidak ada hama. Bahkan beberapa petani dapat memberikan pestisida hingga tiga kali sehari pada tanaman mereka. Sehingga aktivitas asal semprot ini telah menjadi kebiasaan. Bahkan penyuluh pertanian pun salah mengartikan bahwa pestisida adalah obat. Padahal pestisida adalah racun, yang apabila hasil pertanian yang mengandung residu pestisida tersebut termakan oleh manusia, dampak jangka panjangnya akan menimbulkan kanker dan tumor. Jadi sistem yang tepat untuk mengatasi hal ini adalah dengan penggunaan sistem pertanian organik karena sistem ini membuat pada para petani kita menjadi lebih mandiri dan kehidupan petani lebih terjamin, selain itu juga ramah lingkungan.
Langkah apa yang bisa dilakukankan?
Langkah yang bisa ditempuh adalah pertama meningkatkan kesadaran pertanian akan pentingnya pertanian berestetika. Kedua setiap pihak yang berkait dengan pertanian melaksanakan prinsip-prinsip pertanian berestetika dengan baik. Ketiga dukungan konsumen yang tidak mengkonsumsi produk pertanian yang tidak ramah lingkungan. Langkah operasional yang bisa dilaksanakan adalah : melaksanakan pengolahan tanam minimal, sebanyak mungkin menggunakan pupuk organik, melaksanakan pengendalian hama penyakit dengan bahan yang ramah lingkungan.
Marilah kita wujudkan pertanian berestetika sesuai dengan tupokasi lembaga masing-masing. Muara dari semua upaya itu dapat meningkatkan kesejahteraan kita semua.
BAB IV
KESIMPULAN
Berarti dapat disimpulkan bahwa pertanian berestetika adalah pertanian yang seimbang antara ekosistem, ekonomi, lingkungan dan manusia untuk saat ini dan yang akan datang. Dan sistem pertanian berestetika juga mempunyai kriteria, prinsip-prinsip, dan sifat-sifat dalam menjalankan pertanian yang berkelanjutan agar dapat berjalan dengan seimbang.
Berarti dapat disimpulkan bahwa pertanian berestetika adalah pertanian yang seimbang antara ekosistem, ekonomi, lingkungan dan manusia untuk saat ini dan yang akan datang. Dan sistem pertanian berestetika juga mempunyai kriteria, prinsip-prinsip, dan sifat-sifat dalam menjalankan pertanian yang berkelanjutan agar dapat berjalan dengan seimbang.
DAFTAR PUSTAKA
Brady, 1990. Pemasaman Tanah.www.wikipedia.com.
Diakses tanggal 1 Desember 2013.
Kononova, 1961.Pengertian
Bahan Organik.www.wikipedia.com. Diakses tanggal 1 Desember 2013.
Ma et al., 1990. Kerusakan
tanah. www.wikipedia.com. Diakses tanggal 1 Desember 2013.
Stevenson, 1994. Pengertian bahan Organik
Tanah.www.wikipedia.com. Diakses tanggal 1 Desember 2013.
Catatan : Papper ini saya buat untuk melengkapi tugas pengantar ilmu pertanian dengan melakukan penelitian pustaka.
0 comments:
Post a Comment