Kali ini saya tidak posting puisi karya saya sendiri namun posting puisi karya orang lain. Puisi ini milik Khahlil Gibran. Jika belum mengenal dan mengetahui kehebatan beliau, silakan search sendiri di google hehe..
Yang saya heran dari puisi ini adalah, apakah dulu Khahlil Gibran pernah merasa dilukai oleh cinta, sehingga bisa membuat puisi yang indah ini. Coba geh baca sendiri puisinya, benar-benar dramatis.
Apabila cinta memanggilmu,,ikutilah dia walau jalannya berliku-liku.
dan apabila sayapnya merangkummu pasrahlah serta menyerah,walau pedang tersembunyi di sela sayap itu melukaimu..
Kuhancurkan tulang-tulangku,tetapi aku
tidak membuangnya sampai aku mendengar suara cinta memanggilku dan
melihat jiwaku siap untuk berprtualang.
Tubuh mempunyai keinginan yang tidak kita
ketahui mereka dipisahkan karena alasan duniawi dan di pisahkan diujung
bumi, namun jiwa ada ditangan cinta terus hidup sampai kematian datang
dan menyeret mereka kepada tuhan.
Jangan menangis kekasihku, janganlah
menangis dan berbahagialah, karena kita diikat bersama dalam cinta
,hanya cinta yang indah kita dapat bertahan terhadap derita
kemiskinan,pahitnya kesedihan,dan duka perpisahan.
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, seperti kata yang tak sempat dikatakan kayu kepada api yang menjadikannya abu,
aku ingin mencintaimu dengan sederhana,seperti isyarat yang dikirimkan awan kepada hujan yang menjadikanya tiada.
Jika cinta tidak dapat mengembalikan
engkau dalam kehidupan ini,pastilah cinta akan menyatukan kita dalam
kehidupan yang akan datang.
Apa yang telah kucintai laksana anak kini
tak henti-hentinya aku mencintai, dan apa yang ku cintai kini, akan ku
cintai sampai akhir hidupku, karena cinta ialah semua yang dapat
kucapai, dan tak akan ada yang akan mencabut diriku dari padanya.
Kemarin aku sendirian disini kekasih, dan
kesendirianku sebengis kematian. Kemarin diriku adalah sepatah kata yang
tak bersuara,didalam pikiran malam. Hari ini aku menjelma menjadi
sebuah nyanyian menyenangkan diatas lidah hari.dan ini berlangsung dalam
semenit dari sang waktu yang melahirkan sekilasan pandang, sepatah kata
, sebuah desakan dan sekecup ciuman.
Wahai langit tanyakan padanya,
mengapa dia menciptakan sekeping hati ini ,begitu rapuh dan mudah terluka.saat dihadapkan dengan duri-duri cinta.
begitu kuat dan kokoh, saat berselimut cinta dan asa.
mengapa dia menciptakan rasa syang dan rindu didalam hati ini,mengisi kekosongan didalamnya
menyisakan kegelisahan akan sosok sang kekasih,
menimbulkan segudang tanya,menghimpun berjuta asa,memberikan semangat, juga meninggalkan kepedihan yang tak terkira.
mengapa dia menciptakan kegelisahan dalam relung jiwa, menghimpit bayangan, tak berdaya melawan gejolak yang menerpa.
wahai ilalang, pernahkah kau merasakan rasa yang begitu menyiksa ini,?
Mengapa kau hanya diam. Katakan padaku sebuah kata yang bisa meredam
gejolak hati ini,sebagai pengobat tuk rasa sakit yang tak terkendali.
Desiran angin membuat berisik dirimu,seolah ada sesuatu yang kau ucapkan padaku, aku tak tau apa maksudmu,hanya menduga.
bisikan mu mengatakan ada seseorang dibalik bukit sana menunggumu dengan
setia,menghargai apa arti cinta.hati yang terjatuh dan terluka, merobek
malam menoreh seribu duka, kukepakan sayap-sayap patah ku mengikuti
hembusan angin yang berlalu menancapkan rindu disudut hati yang beku,
dia retak hancur bagai serpihan cermin,, berserakan sebelum hilang
diterpa angin.
sambil terduduk lemah ku coba kembali mengais sisa hati bercampur baur
dengan debu, ingin ku rengkuh ku gapai kepingan hati hanya bayangan yang
kudapat.
ia menghilang saat matahari turun dari peraduannya, tak sanggup ku
kepakan kembali sayap ini ia telah patah tertusuk duri-duri yang tajam,
hanya bisa meratap,,meringis,, mencoba menggapai sebuah pegangan.