Aku ingat sekali saat pertama kali alumni-alumni UGM datang ke SMP-ku, ya mereka promosi menjual buku-buku menjelang UN. di dalam presentasinya yang tak pernah aku lupa sampai sekarang adalah saat ia mengatakan begini "saya adalah alumni UGM, jika suatu saat nanti kalian masuk UGM maka kalian akan disambut dan dilepas saat sarjana di gedung ini .." kata-katanya menggebu sambil menunjuk sebuah gambar di layar proyeksi, Aula Grha Sabha Pramana.
Aku terkesima, dalam hati aku bertanya-tanya, akankah semua itu mungkin terjadi? seorang anak desa bermimpi sekolah di UGM, yang notabene universitas unggulan di Indonesia. Ah, aku jadi pesimis. Tapi.. tidak menutup kemungkinan semua itu akan terjadi. Lihat saja perjuangan 10 anak dari Belitong dalam film Laskar Pelangi yang baru saja aku tonton kemarin di laptop pak guru. Keadaanku tentu jauh lebih beruntung dari mereka, tentu aku juga bisa lebih dari mereka, dari Ikal, dari Lintang, juga dari Arai. Aku ingin buktikan kekuatan mimpi itu. Mulai dari sekarang aku tentukan sebagian kecil mimpiku. Sekolah di Universitas terbaik di Indonesia, Universitas Gadjah Mada.
***
Kurang lebih 2,5 tahun lalu aku mengikrarkan janji. Aku masih ingat, masih ingat dengan jelas. ya, saat ini aku mulai dewasa. Aku sekarang sudah kelas 12 SMA, ya beberapa bulan lagi aku akan lulus. ceepat ya rasanya? hehe..
Kurang lebih 2 bulan lagi Ujian Nasional, momok bagis emua pelajar di Indonesia. Tiga bulan lagi adalah penerimaan mahasiswa baru. Huft, aku menghela napas berat untuk urusan yang satu ini. Timbul kembali mimpi 2,5 tahun yang lalu, masih berlakukah impian itu?
Bukan tak mungkin untuk bisa belajar di UGM, tentu semua orang berhak dan berpeluang dan aku pun berharap seperti itu. Namun.. apakah mungkin kemampuanku yang serba standar ini bisa lulus seleksi penerimaan mahasiswa baru UGM? tentu saja bisa asalkan aku belajar dengan keras dan sungguh-sungguh. namun, masalah utamanya bukan itu, tapi biaya. ini yang sedikit memberatkan hatiku. Percuma saja kalau aku diterima tapi tak ada biaya, atau orang tuaku tak bersedia membiayaiku.
Yang bisa kulakukan hanyalah belajar, berusaha dan bekerja serta doa tiada tertangguhkan. Itu saja.
Hari itu hari senin kalau tidak salah, aku berpuasa senin kamis. Aku menjalani aktivitas yang sangat berat. Pagi-pagi aku berangkat sekolah, pulang sekolah pukul 14.30 WIB. Setelah pulang sekolah masih ada acara les tambahan untuk persiapan UN dan SNMPTN. Aku ikuti les dengan semangat dan sungguh-sungguh. Pulang les sekitar pukul 16.00 WIB. Sesampai di rumah aku segera membantu Bapak mencari rumput untuk makan ternak. Aku masih tetap semangat mencari rumput, bagiku ini seperti ujian dari Tuhan, kalau seperti ini saja aku mengeluh, Tuhan tak akan mengebulkan impianku. Aku terus semangat walau sebanarnya badanku letih, lemas dan lapar karena berpuasa. Aku pulang ke rumah pukul 17.30 WIB. Aku mandi dan menunggu buka puasa. Tiba-tiba aku mendengar suara adzan merdu sekali di telingaku. Merdu sekali. Aku berdoa dan menegak segelas teh hangat. Pada saat itu juga aku merasakan kenikmatan buka puasa setelah belajar dan bekerja seharian. Seperti terbayar lunas. Dan kalau kalain tahu apa yang aku katakan setelah mengucap syukur itu? ya, aku katakan dengan jelas pada diriku sendiri "setelah belajar seharian di sekolah, membanting tulang membantu Bapak mencari rumput dalam keadaan letih dan lapar berpuasa, aku merasa Jogaja sudah dekat"
Kalau kalian tahu apa kelanjutan ceritaku, ini dia jawaban dari mimpiku 3 tahun yang lalu.
0 comments:
Post a Comment