Sekilas dua nama tersebut tidak asing ditelinga kita.
Keduanya saling berkaitan satu sama lain. Kata “petani” berarti adalah orang
yang bekerja di sawah. Sedangkan kata “farmer” adalah bahasa inggrisnya petani.
Kalau begitu farmer dan petani sama dong?
Ya kira-kira seperti itu jika yang menafsirkan adalah orang yang tidak
tahu persis masalah pertanian. Sekarang kita tutup lembar kelam itu dan kita
definisikan dua kata tersebut.
Adalah kesalahan dari guru taman kanak-kanak kita dan guru
sekolah dasr kita, yang sejak kecil kita terus didoktrin dengan pengertia yang
salah. Sejak kecil, guru-guru TK dan SD kita, mendefinisikan seorang petani
adalah sebuah pekerjaan yang tidak keren. Bahkan gambar seorang petani sejak
dulu selalu sama, seorang dengan pakaian jelek, kotor, lusuh, memakai capul,
dan memanggul cangkul. Tidak adil. Profesi petani tidak serendah itu. Petani
memiliki peranan penting dalam kehidupan dunia. Petanilah pemasok makanan kita,
tanpa makanan kita tidak dapat hiidup sampai sekarang ini. Namun, seperti
inikah gambaran seorangpetani dimata kalian? Pakaian lusuh,
baju compang-camping, membawa sabit atau cangkul serta penghasilan yang rendah.
Paradigma tentang seorang petani harus diubah. Orang harus
memandang petani sebagi pekerjaan mulia, keren, membanggakan, menghasilkan
omset yang besar dan selalu WOW. Kita tak bisa terus percaya dengandeskripsi
dari guru-guru kita. karena deskripsi itu doa, maka mari kita ubah deskripsi
seorang petani menjadi maju dan keren seperti seorang farmer. Sebenarnya farmer itu apa sih? Apa bedanya dengan patani?
Farmer adalah bahasa Inggris dari kata petani. Di Amerika, orang menyebut farmer adalah sebuah pekerjaan yang mulia sekaligus menghasilkan uang yang besar. Penampilan farmer berbeda dengan petani di Indonesia. Seorang farmer akan mengenakan seragam, topi, baju yang tidak lusuh, sepatu, sarung tangan dan berbagai alat pertanian. Alat pertanian yang digunakan farmer jauh lebih canggih dari alat pertanian orang Indonesia. Kebanyakan alat yang digunakan farmer dapat bekerja secara otomatis atau dapat dilakuka dengan perintah manual. Seorang farmer memiliki sawah lebih dari sepuluh hektare, peternakan dan unit pengolahan hasil pertanian mereka. Wajar saja bila status seorang farmer di Amerika atau di luar negeri jauh lebih tinggi daripada di Indonesia.
Ada sebuah cerita, bahwa setiap anak di luar negeri yang mengaku anak seorang farmer, anak itu dianggap “anak tajir”. Penghasilan seorang farmer di luar negeri jauh lebih besar daripada penghasilan seorang PNS atau pegawai di perusahaan.
Nah, itu tadi cerita tentang farmer dan petani. Sebuah sebutan dan deskripsi ternyata juga mempengaruhi derajat, penghasilan dan pengaruhnya di masyarakat. Oleh karena itu, mari kita ubah sebutan petani dengan kata farmer dan kita deskripsikan petani Indonesia tidak lagi memakai pakaian lusuh, capil dan memakai cangkul. Tidak ada lagi petani Indonesia yang kekurangan lahan, tidak ada lagi petani Indonesia yang mengeluh karena pupuk mahal, tidak ada lagi petani Indonesia yang berpenghasilan rendah. Tidak adalagi petani Indonesia yang masih menggunakan cara dan alat kuno dalam pertanian. Kita harus maju. Kita harus tumbuh. Proses untuk ke arah sana (baca: cita-cita ) memang jauh dan panjang. Namun kita bisa mempercepatnya dengan tindakan yang tegas dan mulia dengan selalu memihak dan mengedepankan petani. Kalau petani tidak dibela, kita mau makan apa?
0 comments:
Post a Comment