Saat diumumkan menjadi mahasiswa UGM, beberapa minggu
kemudian saya berangkat ke Yogyakarta bersama teman-teman saya, tanpa bimbingan
orang tua kami masing-masing kami melaju ke tanah para sultan. Saya tidak punya
keluarga di Yogyakarta, jadi selama di Yogyakarta saya tinggal sementara di
kosan Mas Endri, dia mahasiswa UGM asal Lampung, tetangga desa saya.
Selain registrasi, saya juga mencari kosan untuk saya
tinggal selama menempuh studi di Yogayakarta. Karena dana keluarga kami
terbatas, saya memilih untuk mencari kos yang murah-murah namun memiliki
lingkungan yang baik, nyaman dan tidak terlalau jauh dari kampus. Akhirnya saya
mendapatkan sebuah kos yang saya inginkan.
Menjadi anak kos itu enak-enak susah. Bagi anak yang mampu
pasti enak, mereka akan memilih kos yang bagus dan dilengkapi dengan fasilitas
yang mewah dan lengkap, tak apa bagi mereka, karena mereka juga berpunya, dan
itu hak mereka. Namun, bagiku yang terpenting adalah kosan ini bisa untuk
tidur. Tak ada perabotan di kosanku. Kasur aku beli sendiri. Lemari pakaian aku
beli setelah beberapa bulan mendapat kiriman uang. Aku membeli magic jar untuk
menanak nasi sendiri, membeli setrika dan beberapa alat untuk mencuci. Aku mencuci
baju sendiri, memasak nasi sendiri. Membeli sayur dan lauk adalah pilihan yang
tepat untuk makan dengan cara hemat, aku tidak punya kipas angin, AC, televisi,
meja belajar, tidak ada kamar mandi di dalam, mencuci piring sendiri, aku tidak
berlangganan wifi dan aku jalan kaki menuju kampus setiap hari, tanpa sepeda
dan tanpa sepeda motor.
Semua itu aku lakukan karena dana yang terbatas. Aku tidak
mengeluh. Setiap kiriman yang datang aku syukuri. Bahkan aku kadang sedikit
menolak kiriman dari mereka yang terlalu banyak. Darimana mereka mendapatkan
uang secepat itu dan sebanyak itu? Akh, pasti Bapak berhutang lagi. Aku tahu
itu. Bapak adalah tipe orang yang selalu mendukung mimpi-mimpi anaknya. Sejak
dulu beliau pernah berkata, “Bapak cuma punya beberapa petak sawah, daripada
Bapak memberikan sawah itu padamu, lebih baik sawah itu Bapak jual untuk kamu
sekolah. Bapak yakin kamu sukses”. Aku terharu mendengarnya. Ya, aku datang ke
Yogyakarta membawa beban yang berat. Beban diri pribadi dan beban untuk
mengharumkan nama keluarga serta meninggikan derajat martabat keluargaku
dalam semua bidang.
Ada pelajaran berharga dari kehidupan kosku. Dari
kesederhanaan dan keterbatasan ini, aku menjadi lebih mandiri. Aku terbiasa
melakukan semuanya sendiri, mencuci, memasak, ke kampus jalan kaki dan sebagainya.
Aku lebih siap memasuki dunia nyata menurutku. Sedang mereka anak-anak yang
terbiasa hidup manja di tanah rantauan ini, mungkin suatu saat mereka akan
terkejut bagaimana dunia nyata menyambut mereka ke dunia. Dunia kerja yang
membutuhkan adaptasi.
Keterbatasan yang kumiliki membuatku terus bersemangat.
Semangat untuk meraih kesuksesan, semangat untuk meraih prestasi
sebanyak-banyaknya. Tak ada pikiran dalam benakku untuk santai dan menikmati
masa muda. Bagiku masa muda adalah masa karir dan masa mencari
sebanyak-banyaknya pengalaman dan ilmu. Kalaupun ada waktu untuk
bersenang-senang di masa muda, proporsinya sangat sedikit, segini, sekitar 2%
dari waktu luang. Lagipula aku juga tak punya banyak waktu dan uang untuk bersenang-senang. Lebih baik ditabung karena
lebih bermanfaat.
Keterbatasan ini pulalah yang menjadi bahan bakar untuk
meraih mimpi. Bayangkan saja kalau saya terlahir dalam keluarga yang mampu.
Apakah saya akan ada di sini, menimba ilmu di UGM? Bisa ya dan bisa tidak. Ada
kemungkinan saya akan malas belajar dan berusaha saat saya dalam posisi aman.
Dan kecenderungan semua orang seperti itu. Bersyukurlah kita dilahirkan di
dunia ini, terutama aku. Aku terlahir dengan sehat dan dibesarkan dari Bapak
seorang yang bertanggung jawab dan seorang Ibu yang lembut hatinya serta
dikelilingi oleh adik dan teman-temanku yang selalu mendukungku. Aku tidak akan
mengecewakan kalian. Aku akan sukses! Aamiin.
Pesan terakhir untuk teman-teman, belajarlah, bekerjalah,
berusahalah, dan berkaryalah selagi kalian bisa dan mampu lakuakn di masa muda.
Karena di saat anda dewasa nanti belum tentu anda akan terus dalam kondisi aman
dan ditemani orang-orang yang anda dicintai. Anda sendirian di dunia ini. Maka
usahakanlah hidupmu sendiri, sekarang ini juga. Masa tua akan menjawab kualitas
apa yang anda berikan di masa muda.
See you
Rizal
0 comments:
Post a Comment