Salah satu hal yang membuatku berbeda saat berada di Jogja adalah makanannya. Terlalu sangat manis banget sekali. (maaf kalau lebay, tapi memang seperti itu rasanya di lidahku). Saya dari suku Jawa. Bapak saya dari Solo, Ibu saya orang Jawa Timur. Namun, kami sekeluarga lahir di Lampung. Kalau kalian tahu, kebiasaan orang Sumatera adalah makan banyak dan pedas. Ya, kami terbiasa dengan adat makanan pedas. Rasa manis di dalam makanan terasa aneh di lidahku. Oke kalau manis itu dari minuman atau makanan pencuci mulut tak apa, tapi sayur yang terasa manis adalah hal yang sangat absurd.
Pengalaman ini aku dapat saat pertama kali datang ke Jogja.
Malam berikutnya aku dan teman-temanku ke Malioboro. Kami melihat-lihat
suasananya yang bersahabat sambil membeli beberapa baju dan barang-barang
lainnya. Setelah lelah berkeliling, kami merasa haus dan lapar. Kami mampir di
sebuah warung di pinggir jalan. Ciri khas Jogja adalah makan di pinggir jalan.
Hemmz ini tidak biasa dan belum ada di Lampung.
“Gudeg mas” kata itu yang aku ucapkan saatseseorang
menanyakan makanan apa yang aku pesan. Katanya gudeg sangat enak dan khas
sekali dengan kota Jogja. Aku penasaran dengan rasanya. Setelah beberapa menit,
pesananku pun datang, seperti masakan Ibu. Gudeg adalah sayur nangka yang
dicampur beberapa suiran kulit sapi, telur, bahan khas lainnya dan bumbu
rempah-rempah yang sangat kuat.
Aku memakannya.
1 detik...
2 detik...
3 detik...
Huft, rasanya mannnnniiiiiiiiissssssssss sekaliiiiiiiiiiiii.
Manisnya melebihi teh manis yang aku pesan. Serius. Bahkan mungkin lebih manis
gudeg daripada teh manisnya. Rasanya pengen aku muntahin, tapi nggak enak sama
pedagang dan pelanggan yang lain, gak sopan kan. Sayang juga duitnya sudah terlanjur
dibelikan makanan. Akhirnya aku makan, walau nggak buruk-buruk amat sih,
soalnya setelah makan satu suap aku langsung minum dan seterusnya.
Gudeg adalah makanan khas Yogyakarta. Tentunya orang
Yogyakarta sendiri juga menyukai makanan khas dari daerahnya tersebut. Terbukti
ketika aku melihat sekelilingku, mereka (orang Yogyakarta asli) sangat
menikmati gudeg mereka. Bukan hanya orang Yogyakarta yang menyukai makanan yang
berbahan dasar buah nangka tersebut, namun juga wisatawan lokal dan wisatawan
luar negeri pun juga menyukainya. Bahkan ada dari mereka yang selalu nambah
ketika makan gudeg. Orang-orang ini selalu meyempatkan diri makan gudeg ketika
berlibur ke Yogyakarta. Katanya, kalau ke Yogyakarta belum makanan gudeg
berarti belum afdol.
Itu asumsi beberapa orang. Bagiku gudeg tetaplah manis dan
kurang cocok di lidahku. Aku lebih suka rendang atau pecel lele. Tak apalah ya,
selera orang kan berbeda-beda. Walau begitu, setelah lima bulan aku tinggal di
Yogyakarta, lidahku mulai terbiasa dengan makanan manis ala Yogyakarta, tapi
tidak untuk gudeg hehe...
Sekian dulu ya cerita mengenai gudeg pertamaku.. nanti di
sambung lagi. Masih tentang gudeg.
NB: Saya sarankan untuk penderita diabetes untuk tidak
meniru adegan ini di rumah.
Penelitianku Tentang Gudeg
Ada beberapa fenomena yang cukup unik mengenai gudeg menurut
pandanganku, baik itu pro maupun kontra, ini dia hasil pengamatanku :
1.
Gudeg tidak disarankan untuk penderita diabetes.
Rasa gudeg yang sangat manis merupakan hasil dari penambahan gula yang
berlebih. Gula yang berlebih ini akan menimbulkan tingginya gula darah bagi
penderita diabetes.
2.
Gudeg dapat menimbulkan mag. Kandungan asam
dalam lambng dapat dipicu dari buah nangka yang ada pada gudeg. Lebih baik
menghindari makanan gudeg bagi penderita mag.
3. .Gudeg tidak cocok untuk sarapan di pagi hari. Rasa
gudeg yang sangat manis menandakan banyaknya kandungan glukosa di dalamnya.
Bahan makanan yang mengandung banyak glukosa tidak cocok untuk sarapan di pagi
hari karena glukosa tersebut akan cepat memberikan energi bagi tubuh kita namun
juga akan menghabiskan energi kita dengan cepat. Akibatnya tubuh kita merasa
bertenaga sesudah makan gudeg namun 1-2 jam kemudian kita akan merasa lemas
karena energinya cepat habis.
4.
Sering-sering menyikat gigi setelah makan gudeg.
Rasa manis gudeg dapat merusak gigi, apalagi bila jarang sikat gigi. Gigi akan
cepat berlubang dan keropos.
5.
Dari pengamatan saya, orang Yogyakarta yang
berumur 40 tahun ke atas, mayoritas gigi
serinya akan hilang atau ompong. Bandingkan dengan orang di daerah lain yang
masih memiliki gigi yang kuat di umur yang sama.
0 comments:
Post a Comment