Sejak
dulu, orang Yogyakarta terbiasa makan sambil duduk di pinggir jalan. Lesehan
pinggir jalan namanya. Aku juga kaget saat pertama kali datang ke Yogyakarta,
karena kebiasaan orang Yogyakarta yang makan di pinggir jalan. Unik dan lebih
menyatu dengan kotanya sendiri sembari melihat suasana jalanan di kota
Yogyakarta dan sekitarnya. Tentu pemandangan itu sangat berbeda dengan saat
kita makan di sebuah restoran yang berada dalam suatu ruangan tertutup, ada kursi,
meja, di sebuah ruangan dan lain-lain, kalian bisa bayangkan sendiri. Tapi, di
sini, tak ada meja atau kursi, mereka makan di pinggir jalan dengan beralaskan
tikar. Diterangi oleh lampu yang tidak seberapa terang, lilin atau dari cahaya
bulan. Lebih romantis kesannya. Menu makanan yang disediakan pun
bermacam-macam, tak kalah lengkap dengan restoran, tinggal pilih saja mana yang
anda suka.
Kebiasaan
makan di pinggir jalan ala Yogya seperti ini juga menimbulkan dampak negatif.
Pertama, ditinjau dari kualitas makanan yang disajikan. Apakah makanan tersebut
steril atau tidak? Karena letaknya yang berada di pinggir jalan dan pengunjung
berinteraksi langsung dengan jalanan maka dikhawatirkan adanya kontaminasi
bahan kimia dari polusi kendaraan bermotor yang melintas di jalan raya. Bisa
dibayangkan bagaimana jadinya jika makanan tersebut terkena polusi kendaraan
bermotor. Dampak utama yang ditimbulkan adalah beragam penyakit pernapasan dan
keracunan makanan.
Kedua,
adanya warung-warung yang berjajar di pinggir jalan dan pengunjung yang makan
di trotoar mengakibatkan kemacetan jalan raya karena parkir kendaraan bermotor
sembarangan dan menyempitnya jalan raya. Serta beralih fungsinya trotoar menjadi
tempat makan para pengunjung tentu saja meresahkan merenggut hak pejalan kaki dan
mengganggu wisatawan yang ingin menikmati indahnya berwisata di Yogyakarta.
Ketiga,
kawasan tersebut menjadi kumuh, bau dan penuh sampah. Kebiasaan buruk orang
Indonesia adalah membuang sampah sembarangan. Akibatnya, sisa-sisa makanan
dibuang begitu saja di jalan, di dalam selokan dan di trotoar, kertas-kertas
berserakan, plastik-plastik beterbangan membuat kawasan tersebut menjadi kumuh
dan dapat menimbulkan berbagai penyakit.
Keempat,
maraknya warung-warung di pinggir jalan yang penataannya tanpa izin pemerintah
daerah, membuat kawasan tersebut tak
sedap dipandang alias polusi mata. Selain kumuh, ruang kota menjadi sempit,
jalanan menyempit. Menghalangi infrastruktur atau bangunan bersejarah di
belakangnya. Penataan letak warung tersebut pun acak-acakan, tanpa koordinasi.
Bahkan dari sini pula, muncullah tempat-tempat parkir sembarangan, yang membuat
jalanan semakin riweh.
Aku
ingin fungsi jalan dikembalikan seperti semula. Trotoar digunakan untuk pejalan
kaki. Bukan tempat parkir atau berdirinya warung-warung. Dengan mudahnya, mereka
(pemilik warung) mendirikan warung di pinggir jalan tanpa memandang apakah itu
mengambil hak pejalan kaki atau tidak. Dengan mudahnya mereka mengeluh bila
terjadi penggusuran atau penertiban. Mereka menyangkal dengan “Kalian mengambil
pekerjaan kami”. Lalu bagaimana dengan hak kami sebagai pajalan kaki? Bagaimana
hak kami untuk melihat bangunan bersejarah di Yogyakarta yang kalian nodai
dengan plastik dan kertas yang berserakan, bagaimana dengan kemacetan yang
kalian timbulkan karena jalanan semakin sempit? Inikah yang kalian sebut
pekerjaan? Mengambil hak orang lain.
Harusnya,
pemerintah daerah atau pemerintah provinsi memberikan tempat khusus bagi
mereka. Dimana mereka bisa mendirikan warung dengan rapi dan bersih, tanpa
menggangu jalan raya maupun infrastruktur di sekitar jalan raya. Jika
pemerintah mau sedikit mengatur dan memberikan sosialisasi tentu ide ini akan
terlaksana dengan baik. Bukan hal yang tidak mungkin, didirikan sebuah tempat
tersendiri, sebut saja FOODCOURT, dimana ada begitu banyak pedagang makanan
yang menjajakan makanan. Inilah icon
terbaru kota Yogyakarta. Sebuah tempat yang wajib dikunjungi para wisatawan
lokal maupun luar negeri jika mereka ingin berwista kuliner. Sebuah tempat yang
rapi dan terencana. Tempat itu bernama FOODCOURT YOGYAKARTA.
Setiap
harinya, orang-orang akan berdatangan untuk menjajakan mulut mereka dengan
berbagai pilihan makanan. Poin penting dari pendirian FOODCOURT YOGYAKARTA ini
adalah tempat yang strategis, tempat yang bersih, rapi, nyaman, harganya murah
dan view dari pemandangan Yogyanya itu dapet banget. Orang akan mengenal sebuah
tongkrongan baru di Yogyakarta. Sebuah tempat penggabungan budaya rakyat Yogya
dan modernitas, semuanya dibalut rapi.
0 comments:
Post a Comment