Saya
orang Indonesia. Menurut pendapat saya, ada beberapa sifat orang Indonesia yang
membuat negara Indonesia susah menjadi negara maju. Sifat tersebut adalah
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
Bibit-bibit
KKN telah muncul sejak zaman orde baru, zaman pemerintahan Soeharto, atau
bahkan sejak masa pemerintahan Soekarno. Mental jajahan negara Belanda membuat
rasa ingin memiliki banyak harta, jabatan tinggi dan banyak aset-aset telah
membutakan pemimpin negara ini. Tak heran dibentuknya badan Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) telah mendaftar beribu-ribu triliun harta negara
yang dikorupsi. Dari korupsi yang remeh temeh tingkat desa hingga korupsi
nasional. Anehnya, korupsi kini telah menjadi budaya. Pelakunya bukan hanya
seorang saja, namun berjamaah. Mereka yang tahu diam saja, karena takut dijegal
atau malah sudah disuap. Hukuman penjara tidak lagi membuat mereka jera, bahkan
justru keenakan karena penjara para koruptor adalah istana dengan berbagai
fasilitas mewah.
Banyak
dari kita mengatakan korupsi adalah hal jahat, korupsi adalah kotor, korupsi
adalah sesuatu yang harus dibarantas, namun kenyataannya di kehidupan
sehari-hari tindakan korupsi kecil-kecilan tersebut telah dibiarkan begitu
saja, bahakan dianggap lumrah. Kemana perginya kata-kata manis tersebut. Telah
terpotongkah lidah tersebut?
Kita
menyadari hal sepele seperti mencontek adalah tindakan korupsi, bibit adanya
korupsi, ketidakjujuran. Sayangnya, fungsi sosial seperti ejekan, hujatan,
labelling, tindakan preventif, persuasif maupun
kekerasan untuk membuat jera dari pelaku tidak lagi berlaku. Teman yang
seharusnya mengingatkan justru ikut termakan arus. Guru yang harusnya
mengingatkan dan menyadarkan justru memperagakan dan memberi contoh dengan
berbagai metode yang efisien.
Akan
jadi seperti apa negara ini kelak jika manusia-manusianya seperti ini? Aku
mulai mempertanyakan keyakinanku sendiri karena sering goyah dan termakan arus.
Aku mulai meragukan masih banyak orang baik di negara ini. Bahkan aku sangat
mengaharapkan adanya orang baik di negara ini yang mau menyuarakan dengan
lantang kebenaran tersebut.
Malas
Etos
kerja orang Indonesia tergolong redah di dunia. Orang Indonesia hanya lembur
jika dibayar lebih, berbeda dengan orang luar negeri yang rela lembur setiap
hari untuk kemajuan perusahaan atau negaranya walaupun mereka tidak dibayar.
Orang Indonesia malas untuk bekerja. Bekerja dengan tidak sungguh-sungguh,
melakukan hal-hal tidak penting saat bekerja dan malas berinovasi serta malas
belajar.
Budaya
malas kini telah merambah ke kalangan masyarakat menjadikan negara ini
tergantung pada negara lain. Impor adalah salah satu kebijakan yang membuat
kita malas dan enggan berusaha untuk
mencukupi kebutuhan kita sendiri. dengan adanya impor masyarakat akan berpikir
“mengapa harus susah-susah berinovasi jika kita bisa impor dari negara lain”.
seharusnya pemerintah menghentikan semua bentuk impor. Impor hasil pertanian
harus dihentikan. Mau tidak mau harus dihentikan, walau secara kuantitas kita
belum bisa mencukupi kenutuhan pangan Indonesia, namun setidaknya kita memiliki
lahan luas dan adanya sumber daya alam yang mendukung. Kita mulai berpikir dan
berusaha serta berinovasi bagaimana cara menjadikan pertanian maju dan dapat
mencukupi kebutuhan pangan baik secar kualitas maupun kuantitas, terlebih jika
kita bisa swasembada.
Untuk
hasil perikanan kita juga harus menghentikan impor. Kita adalah negara maritim,
sebagian besar wilayah negara kita adalah lautan, sudah seharusnya kita penghasil
hasil laut dan garam yang besar di dunia. Sudah seharusnya kita bisa mencukupi
kebutuhan kita sendiri. hentikan politik ingin memperkaya diri sendiri atau
ingin melancarkan proyek-proyek dari hasil impor. Kita harus berubah,
pemimpin-pemimpin harus jujur dan bersih serta berorientasi pada kemakmuran
rakyat. Berikan masyarakat dana, sara dan prasarana serta sosialisai yang baik
supaya optimalisasi bidang kelautan dapat mencukupi bakan ekspor keluar negeri
dan menjadikan kita sebagai negara penghasil hasil laut terbesar di dunia.
Untuk
industri dan teknologi pun kita juga harus berhenti impor dari negara asing.
Tak ada alasan lagi kita tidak bisa atau tidak memiliki orangpintar untuk
membuat teknologi sendiri yang canggih. Banyak anak Indonesia yang bisa membuat
motor sendiri, mobil sendiri, pesawat sendiri, alat-alat elektronik sendiri,
smartphone sendiri dan beragam teknologi lainnya yang tentunya berkualitas.
Namun sayang, lagi-lagi pemerintah adalah batu loncatan untuk kesuksesan
Indonesia. Semua pemikiran, inovasi, penemuan yang telah dijadikan karya seolah
tak berarti bagi pemerintah. Produk-produk yang harusnya terus dikembangkan dan
dapat dikomersialkan serta dapat menjadikan senjata ekonomi dunia justru
dibuang oleh pemerintah. Bagi pemerintah hal tersebut tidak menguntungkan,
pemerintah lebih memilih impor barang luar negeri karena mereka menginginkan fee dari barang impor tersebut.
Pemerintah tak ingin mengembangkan
produk teknologi buatan anak bangsa karena menurut pemerintah akan membuang banyak
biaya. Ya iyalah, mana ada proyek yang tidak menggunakan biaya. Biaya besar
tersebut pun hanya dikeluarkan di awal, nantinya pemerintah pun juga akan menikmati
hasilnya. Uang bertriliun-triliun yang dikorupsi koruptor akan jauh lebih
bermanfaat untuk pembuatan produk-produk dalam negeri yang dapat memajukan
perekonomian Indonesia di bidang teknologi dan yang lainnya. Setidaknya produk
tersebut dapat di gunakan untuk mencukupi pasar di dalam negeri. Syukur-syukur
bisa diekspor.
Hentikan
impor produk dari luar negeri secara total. Buat sebuah paradigma bahwa karya
anak negeri tidak kalah dengan buatan asing. Contohlan negara Malaysia yang
dengan bangga menggunakan produk buatan mereka sendiri, seperti mobil proton
yang menjadi andalan negeri jiran tersebut.
Budaya Konsumtif
Siapa
yang menyangkal bila masyarakat Indonesia adalah manusia paling konsumtif di
dunia, terutama pada produk luar negeri. Rasa gengsi sering kali menjadi cikal
bakal adanya budaya konsumtif akan produk luar negeri alias impor. Padahal
produk luar negeri tidak lebih baik daripada produk dalam negeri. Ketika
berlibur pun, orang Indonesia lebih senang berlibur ke Eropa, Singapura dan
negara-negara lainnya daripada ke belahan bumi Indonesia lain yang tidak mereka
ketahui keindahan alamnya.
Mereka
mengaku bangga dengan buatan Indonesia tapi 100% memakai produk luar negeri.
Apakah penghormatan mereka hanya sebatas kata-kata manis saja di mulut. Hal ini
pun ditunukkan oleh para pemimpin kita. Berlagak cinta Indonesia tetapi
menggunakan barang impor, dibeli dari uang rakyat lagi.
Budaya
konsumtif bukan hanya ditunjukkan oleh kalangan menengah ke atas namun juga
kalangan menengah ke bawah juga. Ketergantungan akan produk-produk tertentu
membuat masyarakat Indonesia malas berinovasi dan memproduksi sendiri suatu
barang yangsebenarnya bisa mereka ciptakan sendiri. contohnya adalah air.
Banyak orang memilih membeli air untuk minum daripada harus memasak sendiri.
padahal kualitas air sumurnya bagus dan lebih terjamin jika dimasak sendiri.
Contoh
lainnya adalah kedelai. Dewasa ini pemerintah gencar sekali mengimpor kedelai
dari luar yang lebih murah namun kualitas tidak bagus. Karena kemudahan ini,
masyarakat terutama petani kedelai menjadi enggan untuk melakukan perlawanan
terhadap impor kedelai, mereka cenderung diam dan menikmatinya sehingga petani
kedelai memilih untuk mencari pendapatan lain.
Degradasi Moral
Menurunnya karakter
masyarakat Indonesia tercermin dari banyaknya ketidakjujuran di dalam
masyarakat dan lingkunga pemerintahan. Semua pihak saling mencurigai golongan
lain, sedang beberapa golongan bersatu untuk berbuat kecurangan untuk
menghalalkan uang dan jabatan.
Degradasi
moral terlihat pula pada perilaku anak muda Indonesia. Membolos sekolah,
mencontek, tawuran, minum-minum keras, terlibat pergaulan bebas dan beragam
perbuatan menyimpang lainnya. Banyak
anak muda Indonesia tersesat tanpa bimbingan orang tua, terkena candu
narkoba, mendekam di penjara dan sebagainya. Akibat rendahnya mutu pendidikan
Indonesia yang hanya mementingkan nilai diatas kertas yang obyektif dan
mengesampingkan pendidikan moral untuk membentuk karakter yang dapat
menumbuhkembangkan neegara Indonesia. Indonesia butuh pendidikan yang
transparan, sederhana dan berkarakter. Bukan pendidikan yang mencekoki murid
dengan berbagai persoalan yang sebenarnya tidak mereka butuhkan. Bukan
pendidikan yang mengekang minat dan keinginan mereka dan membuat mereka
frustasi hingga ingin bunuhdiri. Bukan pula pendidikan yang instan, dimana
semua nilai, ijazah, kelulusan seoranganak didik dinilai dari besarnya oleh
dana yang dikucurkan ke kantong guru-guru yang berwajah lugu. Kita tidak butuh
guru yang hanya mengharap gaji besar, kita tidak butuh guru yang diangkat
menjadi PNS karena membayar sejumlah uang, kita tidak butuh guru yang malas dan
tidak berjiwa mendidik, kita tidak butuh guru kasar dan berpikiran sempit. Kita
butuh guru yang bisa menciptakan generasi-generasi pembangun Indonesia. Kita
butuh figur bersemangat, inovatif dan inspiratif.
1 comments:
Korupsi dan gga jujur dan pemalas!!
Post a Comment