“terbanglah Garuda! Sampaikan
pengetahuan untuk anak negerimu..”
Pendidikan itu tidak
penting. Bukan saya yang mengatakan, tapi mayoritas masyarakat Indonesia dan
pemerintah (yang enggan memajukan pendidikan di Indonesia) yang mengatakannya.
Kenapa begitu?
Saya tunjukkan beberapa
bukti. Mayoritas orang tua di Indonesia menganggap pendidikan itu tidak
penting, terutama yang tergolong kelas menengah ke bawah. Anak-anak tidak
disekolahkan dan diajarkan untuk bekerja, mencari duit untuk tambahan
penghasilan keluarga. Sebagian lagi disekolahkan namun hanya tamat SD, SMP, dan
SMA atau SMK. Anak dengan lulusan SD dan SMP belum memiliki kemampuan yang
dapat menunjang untuk mendapatkan pekerjaan yang baik. Pada tingkat SMA
tanggung, mereka harus kuliah untuk belajar ilmu yang lebih spesifik ke
pekerjaan yang akan mereka geluti. Sedangkan lulusan SMK sedikit lebih
beruntung karena setelah lulus mereka telah dibekali dengan beberapa keahlian
khusus, misalnya keahlian di bidang mesin, komputer dan sebagainya. Bisa
dibilang, mereka masih membutuhkan ilmu tambahan di perguruan tinggi alias kudu
kuliah. Karena banyak sarjana saja susah mencari pekerjaan yang bagus apalagi
yang lulusan SMK dan dibawahnya.
Orang tua yang memiliki
pengetahuan rendah tetap tidak akan menyekolahkan anak mereka di perguruan
tinggi walaupun mereka memiliki biaya yang cukup. Mereka lebih memilih anak
mereka langsung bekerja dan menghasilkan uang untuk mereka daripada membuang
uang banyak untuk biaya pendidikan. Padahal, dengan pendidikanseseorang dapat
menaikkan kelasnya dibidang sosial maupun ekonomi.
Pemikiran orang tua yang kolot harus diubah jika ingin
negara Indonesia maju. Pendidikan adalah faktor utama pemberantas kemiskinan
sebuah negara. Pendidikan adalah indikator majunya sebuah negara. Negara maju
menjadikan pendidikan sebagai pilar utama pembangunan mereka. Pendidikan S1 di
luar negeri adalah hal yang sangat menimal, banyak masyarakat di negara maju
rata-rat berpendidikan S2 atau S3. Jadi wajar saja jika pendapatan mereka,
pemikiran mereka serta kelas mereka jauh lebih tinggi daripada negara kita. di
negara kita gelar S1 masih dianggap dewa, jarang ada yang memiliki. Kalu tidak
orang kaya, orang super kaya atau orang yang sangat pintar dan kebetulan
terdeteksi oleh pemerintah untuk dibiayai oleh pemerintah, sehingga dapat
mendapatkan pendidikan di tingkat perguruan tinggi.
Ada sterotip aneh bahwa
pendidikan hanya untuk kaum konglomerat. Pendidikan hany untuk mereka yang
tinggal di kota. Sedang bagi mereka yang tidak mampu dan tinggal di desa
terpencil hanya dapat menggigit jari supaya dapat merasakan bangku pendidikan.
Pemerintah, terutama
menteri pendidikan dan kebudayan, harus adil, tidak pandang bulu, menjadikan
pendidikan pendidikan untuk semua masyarakat Indonesia baik yang kaya maupun
yang miskin. Tak ada lagi istilah tidak sekolah karena biaya. Pemerintah harus
jeli mengalokasikan dana pembangunan yang sekiranya tidak perlu (terutama
korupsi dan proyek-proyek akal-akalan pemerintah). Bayangkan berapa banyak
gedung sekoah yang dapat dibangun dari uang hasil korupsi para koruptor? Berapa
banyak buku-buku yang dapat disediakan dari uang hasil proyek-proyek haram? Ada
apa dengan orang-orang Indonesia? Ada apa dengan kita?
Akankah rakyat terus
menangis dan menderita sedangkan pemimpin-pemimpin negara ini menikmati uang
haram rakyat. Orang luar negeri tertawa menyaksikan kehancuran kita. mereka
adalah racun yang menyebabkan moral kita rusak. Mereka telah menikmati
uang-uang hasil jerih payah kita. sadarkah kita semua telah diperalat selama
ini? Sadar. Kita semua sadar, tapi tidak peduli.
Maraknya rasa tega,
rasa cemburu, rasa ingin menguasai banyak uang, jabatan telah membutakan mata
kita sehingga hak-hak anak-anak untuk sekolah dengan layak terputus. Pemerintah
selalu mencanangkan kata-kata “wajib belajar”, “pendidikan untuk semua anak Indonesia”
tapi kenyataannya mereka memotong sendiri lidahnya dan masih hitung-hitungan
dengan masalah uang. Tidak mau jalan kalau proyeknya tidak keluar, seakan
orientasi mereka bukan memajukan pendidikan Indonesia, namun justru memodohi
rakyat Indonesia.
Kita seakan diam.
Intelektual tak acuh. Aktivis-aktivis terus bergejolak namun tak ada yang mau
mendengar bahkan menjadi musuh. Lalu siapa yang akan mengembalikan rel
pendidikan Indonesia ke jalan yang benar? Kita. Kita adalah jawabannya. Ya,
kita yang mau berbagi pemikiran, menyebarkannya, memberikan ilmu kepada
masyarakat, ikhlas ingin mengabdi untuk negara, berusaha sekuat tenaga membela
hak anak-anak Indonesia. Jika kalian belum tergabung dalam kriteria tersebut,
berubahlah, bergabung dengan kami. Sampaikan kebaikan, sampaikan kebenaran,
sampaikan kebajikan untuk kemajuan negara Indonesia, untuk kemajuan pendidikan
Indonesia. Terbanglah garuda, bagikan sejuta pengetahuan untuk anak negerimu.
0 comments:
Post a Comment